Sebelum Yesus mengajar di bukit, sebelum Ia menyembuhkan orang sakit, bahkan sebelum Ia berkhotbah di sinagoge — Ia terlebih dahulu memilih dua belas murid. langkah pertama Yesus bukan membangun pelayanan besar, melainkan membangun kehidupan manusia.
“Lalu Ia naik ke atas bukit dan memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil. " Markus 3:13–14
Yesus tidak memulai pelayanan dengan platform, tetapi dengan Hubungan dan persekutuan. Ia tidak mencari penonton, tetapi membangun pewaris Kerajaan. Biasanya, seorang pemimpin baru memikirkan penerus di akhir hidupnya, tetapi Yesus mempersiapkannya sejak awal. Itu artinya, pemuridan bukan tambahan dari pelayanan — pemuridan adalah dasar dari pelayanan.
Jika hal pertama yang Yesus lakukan adalah memuridkan, maka hal itu seharusnya juga menjadi prioritas bagi setiap gereja dan pelayan Tuhan hari ini.
1. Pemuridan Adalah Prioritas Yesus Sejak Awal
Yesus tahu, tanpa murid yang dibentuk dengan karakter Kerajaan, semua pelayanan hanya akan berhenti pada satu generasi.
Itulah sebabnya, sebelum melakukan teaching, preaching, dan healing, Yesus terlebih dahulu membentuk kehidupan dua belas murid — orang-orang yang nantinya akan mengguncang dunia.
Namun di banyak gereja modern, fokus sering bergeser: ibadah raya menjadi pusat, bukan pemuridan. Gereja sibuk dengan acara besar, tata panggung megah, dan pertumbuhan jumlah jemaat — tetapi tidak semua melatih jemaat untuk menjadi murid Kristus yang sejati. Akibatnya, banyak lahir generasi “jemaat lima roti dan dua ikan” — orang-orang yang hanya datang kepada Tuhan untuk diberkati, bukan untuk dibentuk. Mereka mengejar mujizat, tetapi tidak mau memikul salib. Ketika musim pemurnian datang, mereka memilih mundur.
“Sejak waktu itu banyak dari murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Yohanes 6:66
Yesus tidak mengejar jumlah, Ia mengejar kedewasaan. Ia tidak mencari pengikut yang ramai, tetapi murid yang siap dibentuk. Dan inilah perbedaan besar antara jemaat yang dikumpulkan dan murid yang dibentuk. Jemaat bisa datang dan pergi, tetapi murid bertahan bahkan ketika jalan menjadi sempit.
2. Pola Pemuridan Yesus: Melalui Kehidupan, Bukan Hanya Pengajaran
Pemuridan Yesus bukanlah sistem kelas saja, melainkan proses hidup bersama. Ia berjalan bersama murid-murid-Nya, makan bersama mereka, tertawa bersama mereka, bahkan menegur mereka dengan kasih ketika mereka salah. Yesus tidak hanya memberikan teori, Ia menunjukkan kehidupan. Ia tidak hanya memberi nilai, tetapi mentransfer roh dan gaya hidup Kerajaan. Karena itu, Yesus tidak banyak mengajar di sinagoge — Ia lebih banyak mengajar di jalan, di perahu, di ladang, dan di rumah.
Ia memuridkan melalui situasi nyata, agar setiap pengalaman menjadi pelajaran rohani. Salah satu contoh paling indah adalah ketika murid-murid mengusir anak-anak kecil yang hendak datang kepada-Nya. Mereka berpikir Yesus terlalu mulia untuk diganggu anak-anak, tetapi Yesus membalikkan paradigma mereka:
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Markus 10:14–15
Lewat momen sederhana itu, Yesus menanamkan nilai penting: Kerendahan hati, kemurnian, dan ketulusan seperti anak kecil adalah kunci untuk masuk dalam Kerajaan Allah. Itulah pola pemuridan Yesus , membentuk karakter, bukan hanya menambah pengetahuan. Ia tidak sedang mencetak teolog yang pandai berbicara, tetapi murid yang mengenal hati Bapa.
3. Pemuridan Adalah Keputusan Sadar untuk Mengikut Yesus
Yesus tidak memaksa siapa pun untuk menjadi murid-Nya. Setiap murid datang dengan kesadaran penuh, memilih untuk meninggalkan kenyamanan mereka demi mengikut Sang Guru.
“Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikut Dia.” Matius 4:20
Menjadi murid berarti berani kehilangan, demi mendapatkan yang kekal.
Namun di zaman modern, banyak orang menolak proses pemuridan karena tidak mau tunduk pada otoritas rohani. Banyak berkata, “Saya ikut Yesus, bukan ikut manusia.”
Padahal Alkitab mengajarkan prinsip yang jelas:
“Jika seorang tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, maka tidak mungkin ia mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” 1 Yohanes 4:20
Tuhan memang yang kita ikuti, tetapi Ia sering memakai pemimpin rohani untuk membimbing dan menajamkan kita. Pemimpin bukan pengganti Kristus, tetapi saluran pembentukan. Tanpa bimbingan, banyak orang berakhir menjadi “murid tanpa arah” — hidup tanpa disiplin rohani dan tanpa proses pertumbuhan. Namun bagi para pemimpin, ini juga menjadi tanggung jawab besar. Yesus memberi peringatan keras:
“Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” Matius 18:6
Artinya, menjadi pemimpin dalam pemuridan bukan posisi kehormatan, melainkan tanggung jawab surgawi. Pemimpin tidak dipanggil untuk mencetak murid yang mirip dirinya, tetapi yang serupa dengan Kristus.
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.” Roma 8:29
Sayangnya, hari-hari ini tidak sedikit pemimpin rohani yang tanpa sadar merasa bangga ketika melihat anak-anak rohaninya menjadi “salinan dirinya” — cara mereka berkhotbah mirip, cara melayani serupa, bahkan gaya berbicara dan sikapnya pun sama. Saya pun pernah ada di posisi itu. Dalam hati kecil saya dulu, saya merasa senang ketika melihat hasil pemuridan tampak seperti diri saya.
Namun semakin saya berjalan bersama Kristus, semakin saya sadar — di situlah lubang berbahaya dari pemuridan bisa muncul, baik bagi pemimpin rohani maupun bagi orang-orang yang dimuridkannya. Pemuridan sejati tidak pernah dimaksudkan untuk menghasilkan replika manusia, tetapi membentuk gambar Kristus di dalam manusia. Rasul Paulus memang pernah berkata " Ikutlah teladan ku , seperti aku mengikuti Kristus " lihat statement akhirnya adalah kristus itu sendiri.
Kiranya melalui tulisan-tulisan ini, kita semua kembali kepada pemuridan yang sejati — bukan sekadar mencetak pengikut atau pelayan, tetapi melahirkan murid-murid Kerajaan Allah yang hidupnya mencerminkan Kristus di manapun mereka ditempatkan.
BHS

Tidak ada komentar:
Posting Komentar