Selasa, 14 Oktober 2025

Right Hearing Building Faith !

                  Mendengar adalah pintu masuk ke dalam hidup kita. Segala sesuatu yang kita izinkan masuk baik yang membangun maupun yang merusak biasanya datang melalui pancaindra, dan salah satu pintu utamanya adalah telinga. Telinga menjadi gerbang pertama menuju hati, sebab apa yang kita dengar dapat membentuk arah hidup dan keadaan rohani kita. Alkitab berkata, 

“Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). 

Artinya, ketika kita mendengar suara firman Tuhan, sesungguhnya yang sedang dibangun adalah manusia roh kita. Karena itu, mendengar bukan hanya soal fungsi indra, tetapi sebuah proses rohani yang menentukan siapa yang sedang membangun hidup kita , Tuhan atau dunia. ada beberapa hal secara singkat yang akan saya bahasa tentang mendengar :

1. Obedience (ketaatan) lahir dari mendengar.  Baru kemaren saya dituntun Roh Kudus untuk mempelajari kata " ketaatan " yang saya pikir tentang melakukan sesuatu , ternyata lebih dalam dari sekedar melakukan. Kata obedience dalam bahasa Yunani adalah hupakoē, yang berarti “mendengar di bawah otoritas”, atau mendengar dengan hati yang tunduk dan siap melakukan kehendak Allah 

Dalam budaya Ibrani dan Yunani kuno, ketaatan selalu didahului oleh mendengar. Artinya, seseorang belum dikatakan taat sebelum ia benar-benar mendengar dengan hati dan menundukkan dirinya kepada apa yang ia dengar. Jadi, ketaatan bukan sekadar melakukan apa yang kita tahu, tetapi mendengar dengan sikap hati yang tunduk pada otoritas Tuhan, lalu melakukannya. Ketika firman Tuhan masuk melalui telinga kita, firman itu sedang mencari hati yang mau tunduk karena hanya hati yang tunduklah yang mampu mengubah pendengaran menjadi tindakan.

2. Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku. Yesus berkata bahwa domba-domba-Nya mengenal suara Gembalanya (Yohanes 10:27). Artinya, kemampuan untuk membedakan suara Tuhan adalah tanda hubungan yang hidup antara domba dan Gembala. Suara Gembala itu tertulis dalam Alkitab sebagai written Word (firman yang tertulis). Ketika kita terus membaca dan merenungkan firman Tuhan, dari written Word kita akan bertemu dengan living Word—Firman yang hidup, yang berbicara langsung ke dalam hati kita. Di sanalah kita mulai belajar mendengar dengan telinga hati, bukan hanya telinga jasmani. Orang yang mengenal Gembalanya akan peka membedakan mana suara kebenaran dan mana suara asing. Ia tidak mudah tertipu oleh kebisingan dunia, karena ia mengenal nada, irama, dan isi hati Sang Gembala Agung.

3. Jaga telinga, jaga hatimu. Kita tidak hanya mendengar dengan telinga jasmani, tetapi juga dengan telinga hati. Namun musuh sering kali melemparkan noise suara-suara asing yang bukan berasal dari kebenaran untuk mengacaukan pikiran, perasaaan bahkan dapat menembus pintu hati kita. 

Amsal 4:23 berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” 

Semua suara bisa terdengar oleh telinga fisik, kadang kita tidak bisa memilih , ada orang yag tiba-tiba melemparkan kalimat yang meruntuhkan dan negatif , dalam hal ini kita tidak bisa memilih tetapi tidak semua boleh masuk ke hati. pintu hati ini hanya kita yang bisa membukanya. meskipun pintu telinga terbuka , tapi pintu hati tidak mengijinkan untuk masuk maka suara itu tidak akan berpegaruh apa-apa dalam hidup kita.  Hati yang dijaga dengan firman akan menjadi benteng dari segala kebisingan yang menyesatkan. Karena itu, kuasailah telinga rohanimu dengan firman kebenaran. Biarkan hanya suara Tuhan yang mendapat ruang untuk membentuk hatimu. Sebab sekali lagi saya tekankan bahwa mendengar adalah pintu masuk dan dari pintu itulah sesuatu bisa membangun atau merobohkan hidup rohanimu. Ketika yang kita dengar adalah suara ilahi, bangunan rohani kita akan semakin kokoh, iman kita akan semakin aktif, dan hati kita akan tetap terarah kepada Gembala yang sejati. Maka hari ini, pintu mana yang akan engkau buka?


BHS 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar