Senin, 20 Oktober 2025

Postur Hati yang Menggerakkan Hati Yesus

                   Shalom , Tadi pagi, di saat teduh, Roh Kudus membawa saya ke sebuah peristiwa dalam Yohanes 11 ,  kisah tentang kematian dan kebangkitan Lazarus. Namun yang menarik bukan hanya mujizatnya, melainkan respon dua orang yang sangat dekat dengan Yesus: Marta dan Maria. Keduanya datang kepada Tuhan dan mengucapkan kalimat yang sama, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kalimat yang sama, tetapi hasilnya berbeda. Ketika Marta berkata demikian, Yesus menjawab dengan perkataan, “Saudaramu akan bangkit.” Namun ketika Maria berkata hal yang sama, Alkitab mencatat, “Maka tergeraklah hati Yesus.” Yesus tidak lagi hanya berbicara , Ia langsung bertindak.


Kuncinya ada di Yohanes 11:32. Saat Maria datang kepada Yesus, ia tidak sekadar berbicara  ia tersungkur di kaki-Nya. Kata “tersungkur” dalam bahasa Yunani adalah prospiptō, yang berarti jatuh bersujud di depan seseorang, merebahkan diri sebagai bentuk penghormatan atau penyembahan. Dengan kata lain, Maria datang bukan sekadar meminta, tetapi menyembah. Ia menaruh seluruh dirinya di hadapan Yesus, dengan rasa hormat dan penyerahan total. Marta datang dengan logika dan permohonan, tetapi Maria datang dengan air mata dan penyembahan. Dan dari posisi itu, hati Yesus tergerak. Ia tidak hanya terharu, tetapi terguncang , bukan karena kematian Lazarus semata, melainkan karena Ia melihat penyembahan sejati di tengah kehilangan. Maria tidak sedang berteori tentang kebangkitan, ia sedang mempercayai Sang Kebangkitan itu sendiri. Dari tempat tersungkur itulah kuasa Allah mulai bekerja, dan mujizat kebangkitan dinyatakan. Tersungkur bukanlah tanda kelemahan, melainkan pengakuan bahwa hanya Tuhan yang berkuasa. Di tempat terendah, justru kuasa tertinggi dinyatakan. Dan menariknya, setiap kali Maria disebut dalam Injil, ia selalu ditemukan di kaki Yesus  di rumah Simon, di rumahnya di Betania, bahkan di saat kebangkitan Lazarus. Ia tahu tempat di mana kuasa Tuhan mengalir: di kaki Yesus. Di situ ada penyembahan, pengenalan, dan keintiman. Maria tidak mengejar jawaban, ia mengejar Pribadi itu sendiri.

                 Sekali lagi terbukti, ketika Maria tersungkur, ada rasa hormat yang mendalam dan hormat itu membuka sesuatu yang tertutup menjadi terbuka. Di hadapan orang yang menghormati-Nya, Yesus tidak bisa diam. Rasa hormat selalu membuka jalan bagi hadirat dan kuasa Tuhan untuk bekerja. Banyak orang bisa berkata kepada Tuhan, tetapi tidak semua datang dengan hati yang menghormati-Nya. Maria tidak hanya berbicara, ia mempersembahkan hatinya. Dan ketika hati yang penuh hormat itu tersungkur di hadapan-Nya, maka yang tertutup pun terbuka  bahkan kubur yang tertutup rapat sekalipun.


BHS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar