Minggu, 02 November 2025

Poiema !

 Efesus 2:10 berkata,

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Ada dua hal penting dari ayat ini.

Yang pertama, kata “buatan” dalam bahasa aslinya adalah poiēma, yang menjadi akar kata dari poem — puisi, karya seni. Ini berarti kita bukan sekadar ciptaan biasa, tapi sebuah karya seni ilahi. Tuhan adalah Sang Seniman Agung yang sedang melukis kehidupan kita di atas kanvas kasih dan rencana-Nya.

Sering kali kita ingin memahami cara kerja Tuhan dengan logika manusia. Kita ingin semuanya jelas, teratur, dan masuk akal. Tapi kalau kita melihat dari sisi seni, kita akan sadar — seorang seniman tidak selalu menjelaskan setiap guratan yang ia buat. Ia hanya tahu bahwa setiap sapuan kuas punya maksud, setiap warna punya makna, dan semuanya akan membentuk satu gambar yang indah ketika sudah selesai. Begitu pula Tuhan dengan hidup kita. Ada masa ketika warna hidup kita tampak gelap, ada saat di mana garisnya terlihat tidak beraturan, bahkan kita sendiri tidak mengerti apa yang sedang Ia kerjakan. Tapi di balik semua itu, Tuhan sedang menulis puisi tentang kita — kisah hidup yang penuh makna, keindahan, dan tujuan. Mungkin sekarang kamu belum bisa melihat hasil akhirnya, tapi itu karena lukisan-Nya belum selesai.

Sekitar seminggu yang lalu, saya berada di Bali untuk mendoakan dan mendampingi seorang sahabat yang sedang sakit. Hari Selasa lalu, akhirnya sahabat saya dipanggil pulang ke rumah Bapa. Ia meninggalkan seorang istri yang masih berusia 32 tahun dan tiga anak kecil, yang paling besar baru berumur lima tahun. Saat itu, ada begitu banyak pertanyaan yang muncul di hati saya. “Why, Lord? Kenapa, Tuhan?” Mengapa harus sekarang? Mengapa harus dia? Namun di tengah semua pertanyaan itu, Tuhan berbicara melalui Efesus 2:10: Ayat ini seperti menghembuskan napas baru dalam hati saya. Saya diingatkan bahwa Tuhan adalah Sang Seniman Agung, pelukis yang sedang menyelesaikan karya-Nya di atas kanvas kehidupan. Kadang kita tidak mengerti bentuknya, tidak paham arah goresannya, bahkan sulit menerima warna-warna gelap yang Ia torehkan dalam hidup kita. Tapi satu hal pasti — Tuhan tidak pernah salah dalam melukis. Kisah sahabat saya belum berakhir. Lukisan Tuhan dalam hidupnya masih berbicara, melalui istrinya, anak-anaknya, dan setiap orang yang mengenalnya. Gambar itu mungkin belum selesai di mata kita, tapi di tangan Sang Pelukis, semuanya sedang disatukan menjadi karya yang indah. Sering kali kita hanya perlu diam dan percaya. Meskipun kita tidak mengerti semua yang terjadi, kita tahu bahwa Tuhan tetap bekerja — menulis, melukis, dan menata setiap bagian hidup ini dengan kasih dan maksud yang sempurna. Karena pada akhirnya, ketika lukisan itu selesai, kita akan melihat betapa indahnya karya Tuhan dalam setiap perjalanan hidup kita.

Yang kedua, ayat ini juga menegaskan bahwa kita adalah masterpiece Tuhan — karya agung yang diciptakan dengan unik dan berbeda satu sama lain. Tidak ada satu kehidupan pun yang salah di tangan Tuhan. Setiap orang punya warna dan bentuknya sendiri dalam kanvas besar rencana Allah. Jadi, jangan terburu-buru menilai hidupmu dari bagian yang belum selesai. Biarkan Tuhan terus bekerja, menulis, melukis, dan membentukmu. Karena ketika Ia selesai, kamu akan menyadari — ternyata setiap proses, setiap luka, setiap perubahan, semuanya menjadi bagian dari karya seni yang sempurna.

Dan ketika waktunya tiba, semuanya akan menjadi indah pada waktunya.


BHS 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar