Minggu, 09 November 2025

3x

                       Pagi ini Roh kudus membawa saya untuk merenungkan kisah seorang Petrus, dimana Tiga kali Petrus menyangkal Yesus, dan tiga kali pula Yesus bertanya kepadanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”  ini bukan kebetulan. Di tepi pantai itu, Yesus sedang menulis ulang sejarah Petrus, satu kalimat kasih menggantikan setiap kalimat penyangkalan. Ini bukan percakapan biasa antara Tuhan dan murid-Nya; ini adalah momen surgawi di mana kasih sedang melakukan proses undo atas luka masa lalu. Di hadapan api yang menyala di pantai itu — api yang mengingatkan Petrus pada api di halaman imam besar tempat ia menyangkal Yesus — Tuhan membalik makna dari tempat kegagalan menjadi tempat pemulihan.


Setiap pertanyaan Yesus adalah tangan kasih yang perlahan menghapus jejak kegagalan Petrus dan meneguhkan kembali panggilannya sebagai gembala Kerajaan. “Apakah engkau mengasihi Aku?” bukanlah tuduhan, melainkan pemulihan relasi; bukan penghukuman, tetapi peneguhan identitas. Yesus tahu, sebelum Petrus melangkah ke dalam panggilan besar — berdiri di hadapan ribuan orang pada hari Pentakosta — jiwanya harus dipulihkan terlebih dahulu. Kasih harus kembali menjadi dasar pelayanannya. Tuhan tidak mau Petrus melayani dari luka, tetapi dari kasih yang telah disembuhkan. Sebab hanya kasih yang disembuhkan yang mampu menggembalakan mereka yang terluka.

Inilah penggenapan dari janji pemulihan ilahi seperti tertulis dalam Yoel 2:25,

“Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang.”

Tuhan sedang memulihkan “tahun-tahun” Petrus mengalami malam-malam dengan air mata, jam-jam penyesalan, dan seluruh suara yang hilang di tengah rasa malu. Di hadapan kasih Kristus, segala yang hilang dikembalikan, dan segala yang rusak diperbarui. Yang dulu menyangkal kini diutus. Yang dulu gagal kini dipercaya kembali.

Setiap kali Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku,” Ia sedang meneguhkan ulang panggilan yang pernah hilang karena penyangkalan. Ini bukan sekadar pengutusan baru, tetapi pengembalian mandat lama yang telah ditebus.  Kasih yang dulu menyangkal kini menjadi kasih yang meneguhkan. Suara yang dulu membisu kini menjadi suara yang memimpin jemaat mula-mula. Itulah kekuatan kasih yang memulihkan, kasih yang menulis ulang sejarah, kasih yang membalik kegagalan menjadi tempat pengutusan. Namun proses undo ini tidak terjadi dalam sekejap bukan ?. Kasih Tuhan memang seketika mengampuni, tetapi jiwa manusia sering kali memerlukan waktu untuk benar-benar menerima pengampunan itu. Begitu juga dengan Petrus. Di hadapan kasih yang tak bersyarat, Yesus sudah sepenuhnya mengampuni dia , tidak ada satu pun cela yang masih diingat di hadapan Allah. Namun di dalam diri Petrus masih ada gema dari masa lalu, luka yang belum sepenuhnya ia lepaskan. Tuhan tahu, meskipun Ia sudah mengampuni, Petrus masih harus belajar mengampuni dirinya sendiri.

Seperti Tuhan bertanya kepada Petrus sebanyak tiga kali, demikian juga hari ini Tuhan sedang bertanya kepada kita,  apakah kita mengasihi Tuhan lebih dari segalanya ? pertanyaan itu bukan untuk mempermalukan, tetapi untuk memulihkan. Sudah cukup menatap ke masa lalu, sudah saatnya bergerak dan melangkah maju. Ada banyak hal besar yang Tuhan sedang siapkan di depan. Jangan biarkan penyesalan menahan langkah langkah kehidupan. Tatap ke depan, percayakan hidupmu di tangan-Nya, dan biarkan Dia memakai hidupmu dengan cara yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya.


BHS



Tidak ada komentar:

Posting Komentar