Minggu, 23 November 2025

Alat bukan Idol

              Jemaat Korintus pernah memandang Paulus dan Apolos dari sudut yang salah. Padahal, sejak awal Paulus sudah menegaskan bahwa dirinya dan Apolos hanyalah alat yang Tuhan pakai dalam proses pertumbuhan rohani jemaat. 

“Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Tuhanlah yang memberi pertumbuhan.” 1 korintus 3:6


 Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan bekerja melalui orang-orang yang Ia utus. Ada yang dipakai sebagai penanam benih firman, memperkenalkan Injil, mengajarkan dasar-dasar iman. Ada pula yang dipakai sebagai penyiram, memperkuat, menuntun, dan membentuk pertumbuhan iman dari hari ke hari. Mereka hadir sebagai perpanjangan tangan Tuhan. Tanpa penanam benih, iman tidak dimulai. Tanpa penyiram, iman bisa layu. Tetapi tanpa Tuhan, benih itu tidak akan pernah hidup. Dari sinilah kita belajar bahwa Tuhan memang memakai manusia. Dalam perjalanan rohani kita pun, Tuhan mengirim “Paulus” dan “Apolos”—orang-orang yang menjadi alat-Nya. Mungkin itu seorang gembala, mentor, pengajar, sahabat rohani, atau seseorang yang diam-diam mendoakan kita. Mereka adalah bagian penting dari cara Tuhan menumbuhkan dan membentuk kita. Dan untuk mereka, kita patut bersyukur. Kita menghargai mereka karena mereka dipakai Tuhan.

Namun justru karena mereka hanyalah alat, Paulus dengan tegas menegur jemaat Korintus yang mulai menjadikan manusia sebagai pusat. Jemaat terpecah karena fanatisme: “Aku pengikut Paulus,” “Aku pengikut Apolos.” Mereka keliru menempatkan posisi, memandang alat sebagai sumber, dan menaruh manusia di tempat yang seharusnya hanya milik Tuhan. Inilah yang Paulus luruskan. Sebaik dan sehebat apa pun seorang hamba Tuhan, mereka bukan idol. Kebenaran ini sangat relevan dengan keadaan kekristenan hari ini. Banyak orang percaya tanpa sadar menjadikan orang sebagai “idol rohani.” Gaya berbicara mereka ditiru, setiap kata diikuti, bahkan orang itu dijadikan pusat perjalanan iman. Padahal Alkitab menegaskan bahwa kita adalah pengikut Kristus, bukan pengikut manusia. Kekaguman boleh, penghormatan perlu, tetapi memusatkan hidup rohani kepada seseorang selain Tuhan adalah bahaya yang dapat menggeser fokus kita dari Kristus.

              Karena itu, kita patut bersyukur atas kehadiran “Paulus” dan “Apolos” dalam hidup kita—hamba-hamba Tuhan yang dipakai untuk mengajar, menuntun, dan memperkaya perjalanan iman kita. Melalui mereka, Tuhan bekerja menanam dan menyiram benih rohani dalam diri kita. Namun sambil menghargai peran mereka, kita tetap menyadari bahwa karya utama ada di tangan Tuhan. Dialah yang menggerakkan, memelihara, dan menghasilkan pertumbuhan dalam hati kita. Dengan cara inilah kita menempatkan manusia dan Tuhan pada posisi yang tepat: menghormati pekerja-Nya, sekaligus memuliakan Dia sebagai satu-satunya Sumber pertumbuhan rohani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar