Rabu, 01 Oktober 2025

Preparation

             Ketika nabi Samuel datang ke rumah Isai untuk mengurapi seorang raja bagi Israel, ia tidak tahu siapa yang Tuhan maksud. Samuel melihat kakak-kakak Daud yang gagah, tinggi besar, dan penuh wibawa. Dari pandangan manusia, mereka kelihatan lebih cocok menjadi raja. Bahkan Samuel sendiri berpikir, “Pasti ini orangnya.” Tetapi Tuhan menegurnya dengan sebuah kebenaran penting: manusia hanya bisa menilai dari apa yang tampak di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.

“Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
(1 Samuel 16:7)

Dan ternyata, orang yang dipilih Tuhan itu bukan yang paling kuat atau yang paling tampak berwibawa, melainkan Daud—seorang anak muda yang masih belia, sederhana, dan pekerjaannya hanya menggembalakan beberapa ekor domba di padang. Dari kacamata manusia, Daud sama sekali tidak layak untuk menjadi seorang raja. Ia bukan tentara, bukan orang terkenal, bukan pemimpin perang, bahkan mungkin dianggap sebelah mata oleh keluarganya sendiri. Tetapi justru Daudlah yang dipilih Tuhan.

Mengapa? Bukan semata-mata karena ia ditunjuk, tetapi karena Daud adalah orang yang menyiapkan dirinya. Pilihan Tuhan dan persiapan pribadi berjalan bersama-sama. Tuhan memang sudah menetapkan Daud sejak awal, tetapi Daud tidak pasif menunggu. Ia membangun hidupnya di padang, dalam kesetiaan yang sederhana.

Di padang rumput yang sepi, saat menjaga domba-domba ayahnya, Daud belajar hal-hal penting yang membentuk karakternya. Ia belajar setia dalam hal kecil. Ia menjaga kawanan yang tidak seberapa itu dengan penuh tanggung jawab. Ketika ada singa atau beruang yang mencoba memangsa seekor domba, Daud tidak lari, tetapi berani melawannya. Orang lain mungkin menganggap itu pekerjaan kecil yang tidak berarti, tetapi Tuhan melihat hati Daud yang setia, berani, dan rela berkorban.

“Tetapi Daud berkata kepada Saul: ‘Hambamu ini biasa mengembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya…’”
(1 Samuel 17:34–36)

Inilah yang membuat Daud berbeda dari ribuan anak muda seusianya di Israel. Mungkin ada banyak yang lebih pintar, lebih kuat, atau lebih terlatih daripada Daud. Tetapi hanya Daud yang siap menerima “jubah” pengurapan sebagai raja, sebab ia sudah menyiapkan dirinya di hadapan Tuhan. Rahasia ini ditegaskan oleh perkataan Yesus sendiri:

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.”
(Lukas 16:10)

Artinya, kesetiaan di tempat tersembunyi, di hal-hal kecil, akan membuka jalan bagi kita menerima perkara besar dari Tuhan. Daud mungkin tidak sadar bahwa latihan sehari-hari di padang itu sedang mempersiapkan dirinya untuk sesuatu yang jauh lebih besar. Ternyata keberanian menghadapi singa dan beruang menjadi dasar iman ketika ia menghadapi Goliat. Kesetiaan menjaga domba-domba kecil menjadi dasar untuk kelak ia menggembalakan bangsa Israel.

Ketika waktunya tiba, Tuhan sendiri yang meninggikan Daud. Ia tidak perlu mencari-cari kesempatan atau mempromosikan dirinya, karena peninggian datang dari Tuhan.

“Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian; tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.”
(Mazmur 75:7–8)

              Pelajarannya bagi kita jelas: pengurapan, panggilan, dan kesempatan dari Tuhan tidak datang tiba-tiba tanpa persiapan. Tuhan bisa saja memilih siapa pun, tetapi orang yang siaplah yang akan menerima dan berjalan dalam pengurapan itu. Kalau kita tidak melatih diri, tidak membangun karakter, tidak setia dalam hal-hal kecil, maka saat waktunya tiba kita tidak akan siap. Akibatnya, pengurapan itu bisa tertunda, atau bahkan tidak maksimal dalam hidup kita.

              Karena itu, jangan menunda persiapan pribadi. Jangan berpikir bahwa kita bisa tiba-tiba dipakai Tuhan dalam perkara besar tanpa ada kesetiaan dalam hal-hal kecil sehari-hari. Tuhan menaruh perhatian pada apa yang kita lakukan ketika tidak ada seorang pun yang melihat. Latihlah dirimu untuk setia dalam doa, dalam Firman, dalam ibadah, dalam integritas, dan dalam tanggung jawab sehari-hari. Itulah bentuk nyata dari mempersiapkan diri. Jangan remehkan masa persiapan. Jangan abaikan latihan rohani yang kelihatan kecil dan sederhana. Paulus berkata " Latihlah dirimu beribadah "  Karena ketika saat Tuhan tiba, Dia sendiri yang akan menaruh jubah-Nya atas hidupmu, dan engkau akan siap melangkah ke dalam panggilan yang besar itu.


BHS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar