Beberapa waktu ini saya banyak merenungkan dan mempelajari tentang The Power of the Word kuasa dari Firman Tuhan. Sampai hari ini saya tetap percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya jawaban bagi setiap aspek kehidupan kita. Di tulisan saya sebelumnya, saya sudah menjelaskan tentang perbedaan antara Logos dan Rhema (Anda bisa membacanya kembali di tulisan sebelumnya). Dan kali ini, kita akan melangkah lebih dalam lagi untuk memahami bagaimana cara merenungkan Firman Tuhan — atau meditasi Firman.
Apa Itu Meditasi Firman?
Kata “merenungkan” dalam Yosua 1:8 berasal dari bahasa Ibrani “hagah” (הָגָה), yang berarti to mutter, to speak under your breath , berbicara pelan, memperkatakan dengan lembut, atau menggumamkan terus-menerus. Artinya, merenungkan Firman bukan sekadar berdiam diri atau memikirkannya dalam hati, tetapi memperkatakan, mengulang, dan mengunyah Firman itu terus-menerus sampai menjadi bagian dari hidup kita. Meditasi Firman adalah proses aktif, bukan pasif. Kita melibatkan pikiran, mulut, dan hati sampai Firman itu menembus dan mengubah seluruh keberadaan kita.
“Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:2)
Orang yang merenungkan Firman siang dan malam digambarkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang berakar kuat, berbuah pada waktunya, dan tidak layu daunnya.
Inilah rahasia kehidupan yang berbuah dan penuh kuasa: bukan seberapa banyak kita tahu Firman, tetapi seberapa dalam Firman itu tertanam di hati kita. Merenungkan Firman bisa kita ibaratkan seperti seekor sapi yang mengunyah makanannya berulang kali , dikeluarkan, dikunyah, dan dimasukkan kembali , sampai seluruh sari makanan itu terserap dan memberi kekuatan bagi tubuhnya. Demikian juga dengan Firman Tuhan: kita mengulanginya, memperkatakannya, merenungkannya kembali, sampai kebenaran itu betul-betul menyatu dan tertanam dalam hati.
banyak orang berhenti hanya pada tahap mengetahui Firman. Mereka mengoleksi ayat-ayat dan menghafalkannya, tetapi Firman yang hanya tersimpan di kepala tidak akan pernah berbuah, karena belum tertanam di hati dan Roh. Menghafal ayat bisa dilakukan dalam lima menit, tetapi membiarkan Firman itu berakar dan mengubah hidup itu membutuhkan waktu bersama Tuhan. Yesus menjelaskan hal ini dalam perumpamaan tentang penabur: benih Firman memiliki kuasa, tetapi kuasa itu hanya bekerja jika benih itu ditanam di tanah hati yang baik hati yang terbuka dan taat. Banyak orang hanya mengumpulkan benih, tapi tidak pernah menanamnya. misal seorang petani yang memiliki berbagai macam benih buah-buahan , tapi benih itu hanya jadi koleksi di gudang dan tidak pernah ditanam . Akibatnya, tidak pernah ada pertumbuhan, tidak ada kehidupan, dan tidak ada buah yang muncul.
Kita perlu memahami bahwa meditasi orang percaya berbeda sepenuhnya dari meditasi dunia. Meditasi dunia mengajarkan untuk mengosongkan pikiran, mencari ketenangan melalui kekosongan, dan melepaskan beban agar merasa damai. Namun, meditasi orang percaya bukan tentang mengosongkan pikiran dan hati, melainkan mengisinya dengan Firman Tuhan. Kita tidak dipanggil untuk mencari kekosongan, tetapi untuk mencari kepenuhan , kepenuhan akan kebenaran, kepenuhan akan hadirat, dan kepenuhan akan Firman yang hidup.
“Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32)
Ketenangan sejati tidak lahir dari pikiran yang kosong, melainkan dari hati yang dipenuhi oleh kebenaran dan kasih Tuhan. Saat kita merenungkan Firman, kita sedang menukar kebohongan dunia dengan kebenaran Allah, menukar kekhawatiran dengan damai sejahtera, dan menukar kebingungan dengan hikmat sorgawi. Inilah meditasi sejati — bukan pengosongan, melainkan pengisian oleh Firman yang hidup, yang membawa kemerdekaan. Karena hanya Firman yang mengisi hati kitalah yang sanggup memerdekakan, menyembuhkan, dan mengubah hidup kita dari dalam.
Selamat meditasi Firman , dan rasakan perubahan yang besar dalam kehidupanmu.
BHS
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar