Jumat, 17 Oktober 2025

Mujizat dan Pembuat Mujizat

               Mujizat Tuhan itu masih ada, dan masih terjadi sampai hari ini. Itu bukan sekadar cerita masa lalu atau kisah Alkitab yang hanya untuk dibaca—itu nyata, hidup, dan tetap bekerja hingga hari ini. Saya percaya bahwa kuasa supranatural Tuhan tidak pernah berakhir, karena Yesus yang dulu menyembuhkan, adalah Yesus yang sama hari ini dan sampai selama-lamanya. Namun, pagi ini saya merenungkan sesuatu yang sangat penting: mujizat itu nyata, tetapi tidak semua orang yang mengalaminya mengalami perubahan sejati. Kisah sepuluh orang kusta dalam Lukas 17:11–19 mengingatkan kita akan hal ini. Sepuluh orang kusta berseru kepada Yesus dari kejauhan, memohon belas kasihan. Yesus memandang mereka dan hanya berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan Alkitab mencatat bahwa di tengah perjalanan mereka, mereka menjadi tahir. Sepuluh orang itu sembuh. Sepuluh orang itu mengalami kuasa Tuhan. Tapi yang menarik adalah , hanya satu yang kembali. Hanya satu yang tersungkur di kaki Yesus dan bersyukur. Hanya satu yang kembali untuk menyembah Sang Pemberi mujizat, bukan hanya menikmati hasil mujizat itu. 


Yesus lalu bertanya, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?” (Lukas 17:17). Pertanyaan ini menusuk hati. Mengapa hanya satu yang kembali? Jawabannya sederhana namun sangat dalam: karena mujizat tidak mengubah hati manusia. Banyak orang bisa mengalami kuasa Tuhan, tetapi tidak semua mengenal Pribadi di balik kuasa itu. Mujizat bisa membuat seseorang kagum, tapi hanya perjumpaan dengan Yesus yang membuat seseorang berubah. Sembilan orang itu sembuh, tetapi mereka berhenti pada kesembuhan; mereka lupa untuk kembali kepada Sumber kesembuhan itu sendiri. bukankah hal ini sering kita alami ? kita lihat ? ada banyak orang mengalami mujizat , kesembuhan bahkan financial  tapi itu tidak bertahan lama bahkan orang-orang yang sudah mengalami mujizat ini tidak mempedulikan siapa yang menyembuhkannya. jawabanya ya karena banyak orang mengejar mujizat tapi lupa dengan sang pembuat mujizat. mujizat seperti ini tidak bertahan lama, akan ada circle yang berulang karena yang mengalami mujizat belum bertemu dengan sang pembuat mujizat itu sendiri. dari 10 orang  hanya orang yang satu ini yang kembali kepada Yesus, yang sujud menyembah dan bersyukur dia menerima sesuatu yang lebih dari sekadar kesembuhan. Yesus berkata kepadanya, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Dalam versi lain, Yesus berkata, “I will make you whole”—Aku akan membuat engkau sempurna.

              Kata “whole” berarti bukan hanya sembuh secara fisik, tapi dipulihkan secara utuh—tubuh, jiwa, dan roh. Orang yang sakit kusta biasanya kehilangan anggota tubuh: jari, hidung, telinga, bahkan sebagian wajah. Sembilan orang lainnya mungkin tidak lagi menanggung penyakit, tetapi bekas luka mereka tetap ada. Mereka sembuh, tetapi tidak dipulihkan. Namun satu orang yang kembali kepada Yesus, yang berlari mengejar-Nya dan tersungkur di hadapan-Nya, dialah yang mengalami pemulihan total. Ketika Yesus berkata, “Aku akan membuatmu utuh,” itu berarti bagian-bagian yang hilang pun dipulihkan, luka-luka lama disembuhkan, dan hidupnya dijadikan sempurna di hadapan Tuhan.

Inilah kebenaran yang sering terlupakan: mujizat bisa mengubah keadaan, tapi hanya Yesus yang bisa mengubah kehidupan. Mujizat bisa menyembuhkan tubuh, tapi hanya hubungan dengan Yesus yang memulihkan hati. Mujizat bisa datang dan pergi, tapi perjumpaan dengan Yesus membawa perubahan yang kekal. Karena itu, jangan hanya mencari mujizat—carilah Yesus. Jangan hanya bersyukur atas berkat, tapi kembalilah kepada Sang Pemberi berkat. Sebab mujizat itu sementara, tetapi bersama dengan Yesus, perubahan itu akan selamanya.


BHS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar