Ucapan bahagia yang Yesus ajarkan di Matius 5 bukanlah motivasi ringan, tetapi deklarasi Kerajaan yang sepenuhnya bertentangan dengan cara dunia bekerja. Dunia mengajarkan bahwa kebahagiaan datang ketika keadaan mendukung: ketika kita kuat, kaya, disukai, dan semuanya berjalan sesuai rencana. Tetapi Yesus justru berkata bahwa orang yang miskin, yang lembut, yang menangis, yang lapar akan kebenaran, bahkan yang dianiaya merekalah yang berbahagia. Kata yang Yesus gunakan adalah Makarios: bukan bahagia karena keadaan, tetapi bahagia karena diperkenan Allah dan dipenuhi Allah.Orang makarios adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Mereka tidak lagi hidup untuk membuktikan sesuatu. Mereka tidak lagi terikat pada validasi dunia. Mereka tidak lagi dikendalikan oleh keadaan luar. Mereka hidup dari sumber di dalam, bukan dari kekuatan di luar. Kepenuhan Allah dalam hati mereka lebih kuat daripada badai yang menekan dari luar. Inilah sebabnya Yesus berani menyebut mereka “berbahagia” meskipun keadaan mereka tampak berlawanan dengan logika manusia.
Daud mengalami makarios bukan saat ia duduk di takhta sebagai raja, tetapi justru saat hidup sebagai buronan. Ia dikhianati oleh orang yang pernah ia layani, dikejar untuk dibunuh oleh raja yang pernah ia hibur, dan ditolak oleh bangsa yang dulu ia bela. Namun justru di musim paling gelap itu—ketika harga dirinya hancur, ketika masa depannya tampak buntu, ketika ia harus berpura-pura gila hanya untuk bertahan hidup ia menulis salah satu pujian paling kuat dalam seluruh Kitab Mazmur. Mazmur 34 lahir bukan dari istana, tetapi dari gua dan ketakutan. Ini kondisi yang memalukan, bukan membanggakan. Tetapi lihat apa yang keluar dari hatinya:“Aku akan memuji Tuhan pada segala waktu...” (Mazmur 34:2)
Di tengah tekanan, Daud tidak kehilangan pujian. Di tengah ancaman, ia tidak kehilangan penyembahan. Di tengah kekacauan, ia tidak kehilangan penyadaran siapa Tuhan baginya. Inilah makarios. Inilah hati yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Inilah hidup yang tidak dikendalikan keadaan, tetapi dikendalikan oleh Allah. Ketika keadaan luar berantakan, batinnya tetap penuh oleh Tuhan. Ketika badai mengguncang dari segala arah, hadirat Allah mengalir dari dalam lebih kuat daripada rasa takut. Ketika manusia melihat kehancuran, Daud menemukan kepenuhan. Ketika dunia menekan, Allah dalam dirinya memberi kekuatan untuk berdiri. Kepenuhan Allah di dalam diri Daud lebih besar dari kekacauan di luar dirinya. Itulah kebahagiaan sejati bahagia bukan karena nyaman, bukan karena keadaan aman, tetapi karena Allah memenuhi seluruh ruang hidup !! Melalui Renungan hari ini ada undangan untuk kita semua berbahagia !!!
BHS
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar