Shalom, saya ingin membagikan sesuatu yang saya alami semalam. Saya mengalami sebuah mimpi yang terasa sangat nyata. Dalam mimpi itu, saya sedang menggendong seorang bayi. Tiba-tiba musuh datang menyerang. Dalam keadaan panik, saya mencoba berlari, tetapi musuh berhasil merebut bayi itu dari tangan saya. Saya kalah !
Namun mimpi itu berulang. Kali ini saya menggendong bayi yang berbeda—dan saya tahu dengan jelas bahwa bayi itu adalah Jedidah, anak saya sendiri. Dan sekali lagi, musuh datang, mengejar, bahkan mengepung saya dari segala sisi. Tetapi di mimpi yang kedua ini saya tidak lari. Saya memeluk anak saya erat-erat, saya berdoa, dan saya terus berdoa. Dan ketika saya berdoa, musuh-musuh itu mundur satu per satu. Bahkan dalam tekanan, saya menang. Saat saya bangun, Roh Kudus berbicara satu kalimat yang kuat ke dalam hati saya: “LABOR IN PRAYER” bekerjalah dalam doa-doamu.
Saya merenungkan mengapa dalam mimpi pertama saya lari dan kalah, tetapi dalam mimpi kedua saya bisa berdiri tenang dan menang. Ternyata jawabannya sederhana: karena dalam mimpi yang kedua, bayi itu bukan sekadar bayi , itu adalah anak saya sendiri. Ada beban kasih, beban tanggung jawab, dan beban yang berbeda ketika saya menggendong anak saya sendiri.
Roh Kudus menegur saya bahwa demikianlah seharusnya hati kita terhadap jiwa-jiwa. Beban untuk jiwa-jiwa tidak boleh sekadar tugas atau rutinitas. Itu harus lahir dari kasih seorang ayah, kasih seorang ibu, kasih yang membuat kita tidak lari, tetapi berdiri, berdoa, dan berjuang sampai menang. Beban yang membuat kita “labor in prayer”—bekerja, berperang, dan melahirkan sesuatu di dalam doa.
Galatia 4:19: “Anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus terbentuk dalam kamu.”
Paulus tidak hanya mengajar jemaat Galatia—ia menanggung mereka dalam doa, seperti seorang ibu yang mengalami sakit bersalin. Ia merasakan beban yang membuatnya tidak lari, tidak menyerah, tetapi terus berdoa sampai Kristus terbentuk dalam hidup mereka.
Mimpi itu menunjukkan satu hal: beban untuk jiwa-jiwa harus seperti beban seorang ayah atau ibu terhadap anaknya sendiri. Beban yang membuat kita bersedia ‘menderita sakit bersalin’ dalam doa, seperti Paulus. Beban yang membuat kita tidak lari ketika musuh mengepung, tetapi berdiri, menggendong jiwa itu, dan ‘labor in prayer’ sampai Kristus terbentuk dalam hidup mereka. dan ketika kita labor in prayer , mungkin tidak hanya satu hari , tidak hanya satu waktu , harus terjadi berkali-kali , berhari-hari , karena memang haruslah demikian , sampai kita bisa melahirkan dan menjaga bayi ini dalam doa-doa kita/ dalam roh ! , dan pada akhirnya apa yang terjadi didalam roh , akan terjadi didalam nyata !
Inilah panggilan Roh Kudus: jangan hanya berdoa, tetapi labor in prayer. Bukan sekadar mendoakan jiwa-jiwa, tetapi menggendong mereka dengan kasih, dengan beban, dengan pergumulan sampai rupa Kristus benar-benar terbentuk. Yesus Tuhan !!
BHS
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar