Matius 4:4
“Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Manusia jasmani kita hidup dari roti, tetapi manusia rohani hidup dari firman yang keluar dari mulut Allah. Sama seperti tubuh tidak bisa bertahan tanpa makanan, manusia rohani kita juga tidak bisa bertahan tanpa firman. Ketika tubuh kita kelaparan, kita langsung merasa lemas, pusing, tidak fokus, bahkan sakit. Tetapi ketika manusia rohani kita kelaparan, gejalanya sering tidak disadari: hati menjadi dingin, doa mulai jarang, ibadah terasa biasa, pikiran mudah kacau, dan godaan terasa semakin kuat. Kita harus bertanya dengan jujur: bagaimana keadaan manusia rohani kita hari ini? Apakah ia sehat? Atau sebenarnya ia lelah dan lapar karena jarang diberi makan? Tubuh kita suatu hari akan berhenti berfungsi, tetapi roh kita akan tetap hidup kekal di hadapan Tuhan. Itu sebabnya memberi makan manusia rohani bukanlah pilihan—itu keharusan. Dan keharusan itu harus dilakukan dengan sengaja. Kita harus menetapkan waktu untuk firman, bukan menunggu waktu tersisa; kita harus membangun disiplin, bukan hanya menunggu rasa “ingin”. Karena manusia rohani yang sehat tidak tumbuh karena kebetulan, tetapi karena keputusan yang terus diulang setiap hari.
Amos 8:11
“Akan datang waktunya… bukan kelaparan akan roti atau kehausan akan air, melainkan akan mendengar firman TUHAN.”
Nubuatan ini berbicara tentang masa ketika bumi akan mengalami kelaparan rohani yang sangat dalam. Orang-orang akan mencari kebenaran, tetapi tidak menemukannya; mereka akan berlari dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk mendengar suara Tuhan, tetapi tetap kosong. Ini bukan kelaparan fisik, melainkan kelaparan akan firman. Dan kita sudah mulai melihat tanda-tandanya hari-hari ini: banyak yang gelisah, haus akan arah, lapar akan jawaban, tetapi tidak tahu ke mana harus mencari.
Namun dalam masa kelaparan ini, Tuhan memanggil orang-orang yang sudah lama makan firman, yang manusia rohaninya sudah dibangun dan dikuatkan, untuk menjadi pembawa roti hidup bagi generasi ini. Ketika kelaparan firman tiba, saat itulah gereja harus bangkit. Mereka yang sudah kenyang firman harus mulai membagikannya kepada yang lapar. Mereka yang sudah dibentuk dalam kebenaran harus mulai menuntun yang tersesat. Mereka yang sudah ditempa oleh firman harus mulai menjadi suara Tuhan bagi yang mencari jawaban.
Inilah esensi revival yang sejati: bukan sekadar keramaian atau suasana emosional, tetapi kembalinya generasi kepada Firman Allah. Revival terjadi ketika firman kembali menjadi pusat hidup. Ketika kebenaran kembali dicari. Ketika hati kembali lapar akan suara Tuhan. Dan di masa seperti ini, Tuhan tidak hanya ingin kita kenyang, tetapi juga menjadi saluran makanan rohani bagi banyak orang. Revival dimulai ketika firman masuk dalam hidup kita—dan menyebar lewat hidup kita kepada orang lain.
BHS

Tidak ada komentar:
Posting Komentar