Selasa, 23 Desember 2025

Tau belum tentu Taat

              Ketika Yesus lahir, Raja Herodes memanggil para ahli Taurat dan ahli kitab. Dengan yakin mereka menjawab bahwa Mesias akan lahir di Betlehem (bdk. Mikha 5:1; Matius 2:5–6). Mereka memahami nubuat, menguasai teks, dan mengetahui kebenaran secara intelektual. Namun ketika Sang Raja benar-benar lahir—hadir secara nyata di tengah sejarah—mereka tidak datang, tidak mencari, dan tidak menyembah. Mereka tahu kebenaran, tetapi tidak mengenali Pribadi di balik kebenaran itu. Pengetahuan mereka benar, namun hati mereka tidak bergerak.


Di sinilah kita melihat bahaya kebenaran yang berhenti sebagai informasi. Kebenaran sejati selalu mengubahkan, bukan sekadar menambah wawasan. Jika kebenaran justru membuat kita pasif, dingin, dan merasa cukup, maka kebenaran itu telah direduksi menjadi pengetahuan mati. Bahkan, kebenaran yang hanya disimpan di kepala bisa secara halus menjauhkan kita dari Kebenaran itu sendiri, karena kita merasa sudah tahu, padahal tidak lagi lapar. Yang bertambah hanyalah data rohani, bukan kepekaan akan hadirat Tuhan.

Firman Tuhan tidak pernah dimaksudkan untuk menjauhkan kita dari Kristus, melainkan menuntun kita kepada perjumpaan. Kebenaran yang sejati selalu menarik kita lebih dekat: mendekat kepada Yesus, merendahkan hati, dan melahirkan penyembahan. Jangan sampai kita menjadi generasi yang tahu banyak tentang Mesias, tetapi gagal berjalan bersama Dia. Biarlah setiap kebenaran yang kita dengar bukan hanya kita pahami, tetapi kita hidupi—karena hanya kebenaran yang dihidupi yang memiliki kuasa untuk mengubahkan hidup. Merry Christmas everybody :) 


BHS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar