Shalom, selamat pagi semuanya. Ada momen ketika manusia tiba pada batas terakhir kemampuannya. Ketika semua usaha sudah dicoba, semua pintu tampak tertutup, dan semua kekuatan seolah hilang. Justru di titik itulah Tuhan berbicara.
2 Raja-raja 3:17: “Kamu tidak akan melihat angin, kamu tidak akan melihat hujan, namun lembah itu akan penuh dengan air.”
Firman ini meneguhkan bahwa iman selalu membutuhkan ruang - ruang yang muncul saat manusia tidak lagi bisa mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Ketika tanda tidak terlihat, ketika bukti tidak muncul, ketika situasi tidak bergerak, justru di situlah iman mulai mengambil posisi. Iman tidak memerlukan angin; iman tidak memerlukan hujan; iman hanya membutuhkan Firman. Ruang itu bukan kelemahan, melainkan altar kepercayaan. Ketika kita berhenti mengatur hidup dengan kekuatan kita sendiri, kita mengundang tangan Tuhan masuk dengan cara yang tidak bisa dilakukan manusia. Berserah bukan menyerah, tetapi memindahkan pusat kendali dari tangan kita ke tangan Tuhan. Ketika kita mengosongkan ruang di hati untuk bergantung pada Dia, iman seperti diberi oksigen , ia tumbuh, menguat, dan bergerak dengan bebas. Kita tidak lagi bergantung pada apa yang kita lihat, tetapi pada Firman yang tidak pernah gagal. Dan di tempat itulah iman bertumbuh dan berkembang.
George Müller, seorang hamba Tuhan dari Inggris yang mengasuh lebih dari 10.000 anak yatim. Pada suatu pagi, pengurus rumah yatim datang dengan wajah panik—tidak ada makanan sama sekali untuk sarapan. Tidak ada roti, tidak ada susu, tidak ada cadangan apa pun. Anak-anak sudah duduk menunggu makan, tetapi meja tetap kosong. Dalam kondisi seperti itu, Müller tidak panik. Ia tidak lari mencari bantuan. Ia berkata, “Tuhan yang memanggil kita, Dia yang akan menyediakan.” Müller mengajak semua anak berdoa dan mengucap syukur atas makanan yang belum ada. Ia memberi ruang bagi Tuhan. Tanpa tanda-tanda, tanpa bukti, tanpa angin, tanpa hujan. Ketika doa selesai, pintu diketuk. Seorang tukang roti berkata bahwa ia terbangun jam 2 pagi karena merasa Tuhan menyuruhnya membuat roti lebih banyak untuk rumah yatim itu. Beberapa menit kemudian, seorang pengantar susu datang karena gerobaknya rusak tepat di depan pintu rumah Müller, dan ia menawarkan semua susu agar tidak terbuang. Tanpa tanda, tanpa bukti tetapi lembah itu dipenuhi air.Semakin kita bergantung pada Firman, semakin bertumbuh iman kita. Iman tidak bertumbuh di tengah kepastian, tetapi dalam kekosongan yang Tuhan isi dengan cara-Nya sendiri. Ada saat ketika kita tidak melihat angin dan tidak melihat hujan, tetapi kita tetap percaya bahwa Tuhan bekerja di balik layar. Saat itulah kita menyediakan ruang terbesar bagi iman. Maka hari ini, mari kita membuka ruang untuk berserah lebih lagi. Biarlah lembah hati kita menjadi tempat di mana Tuhan mencurahkan air-Nya, tepat ketika kita tidak melihat apa-apa, namun percaya kepada Dia yang bekerja di segala sesuatu demi kemuliaan-Nya.
BHS
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar